Halaman

Kamis, 13 Juni 2013

Naskah Drama-Senyum Terakhir

SENYUM TERAKHIR

                                               
Adegan 1
Dengan nafas yang terengah-engah setelah mengendarai sepeda.
Zhaky terhenti saat ku melihat seorang gadis, entah siapa gadis itu. Wajahnya cukup cantik dan manis. Zhaky singgah membeli segelas air untuk melepaskan dahaga yang melanda tenggorokannya.Setelah beristirahat Zhaky langsung menggayuh pedal sepeda untuk pulang ke rumahnya. Sesampai dirumah, kedua orang tuanya sedang bepergian entah kemana. Zhaky segera pergi mandi karena badan yang sudah bermandi keringat. Setelah mandi Zhaky memakai pakaian dan menuju taman yang tak jauh dari kompleks rumahnya. Zhaky kaget, si dia juga sedang berada ditaman. Tanpa pikir panjang Zhaky langsung menghapirinya.
Zhaky :
Hey…. “(Dengan senyum sembari menyapanya.Tapi dia tidak merespon dan            tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.)
 “Hai.. boleh kenalan gak?”.
Tamara : “Iya ada apa?”
(sambil menatap novel yang dibacanya.)
Zhaky  :  “Aku boleh gak kenalan? Namaku Zhaky”
(mengulurkan jemariku)
Dia langsung berdiri lalu meletakkan bukunya di atas kursi dan memberi tahu namanya.
Tamara : “Namaku Tamara”
(sambil tersenyum)
Zhaky  :  “Kamu tinggal dimana?”
Tamara  : “Aku tinggal di sebelah kiri toko buku dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin.”
Zhaky  :  “Oooo…. Kamu anak baru yah?” (penasaran)
Tamara : Iya, memangnya kenapa?”.
Zhaky : “Tidak kenapa-kenapa kok” (salah tingkah)
Zhaky terus menatap senyum di wajahnya. Sangat manis, kemudian kembali membuka mulutnya ….
Zhaky : “Ayo aku temani jalan-jalan di taman ini. Lagi pula gak enak juga kalau suasananya begini-begini saja” .
Tamara : Trimakasih. Ok.. ayo (Kembali tersenyum lebar)

Langkah demi langkah mengawali perkenalan
Zhaky dan Tamara. Mereka berjalan mengeliling taman, suasana kemudian hening, Zhaky memulai pembicaraan.
Zhaky : “Kamu orangnya pendiam yah?” (dengan muka sumringah)
Tamara : “Enak saja, lagian aku kan gak kenal siapa kamu hhaha” (tertawa kecil)
Zhaky : “Huuuhh, jadi aku harus memperkenalkan namaku lagi dong?”
Tamara : “Hahaha,” (Tertawa) “Tidak begitu juga sih maksudnya. Aku memang susah akrab dengan orang baru” (bibirnya tersenyum lebar).
Mereka memulai keakraban, dan membuat hati Zhaky ikut tersenyum puas. Zhaky menanyakan banyak hal kepadanya. Mereka selalu menyelingi pembicaraan dengan candaan yang cukup untuk mengocok perut hingga sakit.

Adegan 2
Sekarang sang mentari akan kembali ke peraduannya.
Mereka berjalan pulang bersama karena arah rumah mereka searah. Tamara berada di depan kompleks sedangkan rumah Zhaky ada di lorong kedua sebeleh kanan di kompleks tempat tinggalnya. Sesampai di depan rumah Tamara kami berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar.

Di sela-sela percakapan mereka, tiba-tiba suara teriakan Ibu Tamara yang memanggil membuat kami berdua kaget.
Ibu Tamara : “Tamara… Tamara… ayo cepat masuk, udah hampir malam nih!” (Menunggu di depan pintu)
Tamara : “Ya bu.. tunggu!, Zhaky aku duluan yah?” (Senyumnya mengakhiri pertemuan hari ini bersama Zhaky)
Zhaky : “Iya...Trimakasih yah untuk hari ini (Membalas senyum).
Tamara : Sama-sama. Kamu juga cepetan pulang, nanti di cariin sama Ibu kamu” (berjalan berbalik arah, namun kemudian kembali menatap Zhaky sebentar dan melambaikan tangan.
Zhaky : “Ok… aku juga pulang yah.. dadah..! “ (berjalan pergi).

Di perjalanan,
Zhaky tersenyum puas dan sesekali melompat kegirangan sembari berteriak. Kini Zhaky berjalan di antara jalan yang sepi dengan sedikit penerangan dari lampu jalan yang mulai redup dan di kerumuni serangga.
Hari telah sore rupanya.

Sesampai di rumah
Zhaky di marahi oleh Ibunya.
Ibu Zhaky : “Kamu ke mana aja seharian? . Pulang sekolah, bukannya langsung di rumah malah keluyuran tidak jelas begini.” (bentak Ibu Zhaky kesal)
Zhaky : (Ketakutan) Maa…aaf, maaf Bu’ aku tadi dari keliling taman” (Zhaky menundukkan kepala)
Ibu Zhaky :Kalau mau keluar, beritahu Ibu jangan membuat Ibu cemas. Lain kali jangan pulang telat lagi yah?” (Emosi mulai surut. Ibunya menyentuh pundak Zhaky).
Zhaky : “ Iya Bu, maaf (sembari meninggalkan Ibunya di teras rumah)


Adegan 3
Keesokan paginya
Zhaky bertemu dengan Tamara, ternyata Zhaky sama sekolah dengan Tamara. Zhaky langsung berlari menghapirinya…
Zhaky : “Tamara… Tamara…. tunggu aku!” (berlari tergopo-gopo).

Tamara berhenti dan memegang pundakku.
Zhaky : “Masih pagi-pagi kok dah keringatan kayak gini?, ini usap keringatmu!” (sembari menyodorkan sapu tangan ke arah Zhaky).
Zhaky : “Iya nih, kamunya tuh. Kamu jalannya cepat amat” (tersipu-sipu menatap Tamara sembari tersenyum).
Tamara : “Iya maaf, hhehe (tertawa kecil)
Zhaky : “Ayo buruan entar pintu gerbang di tutup”

Sesampai di sekolah
Zhaky langsung ke kelas dan ternyata Tamara juga sekelas dengannya. Tamara duduk di samping Zhaky, karena Dino teman Zhaky baru pindah sekolah dua hari yang lalu. Tamara naik dan memperkenalkan dirinya ke teman-teman kelasnya yang baru.
Tamara : “Hai perkenalkan namaku Tamara Adelia, panggil aja aku Tamara. Aku baru pindah dari Makassar kemarin, semoga kita semua bisa menjadi teman yang akrab”. (tersenyum)
Teman-teman kelas : “Hai Tamara…….,” (Tamara tersenyum manis)

Kini
mereka semakin dekat. Mereka selalu bersama, duduk di depan kelas sembari bercerita tentang tugas sekolah.

Tamara : “Kamu suka pelajaran apa?” (Penasaran)
Zhaky : “Aku paling suka pelajaran matematika” (meyakinkan Tamara)
Tamara : “Kenapa kamu suka pelajaran itu?, padahal pelajaran itu agak rumit dan memusingkan”.
Zhaky : “Karena aku suka aja dengan pelajaran itu, heheh (Tertawa kecil), kalau kamu sukanya pelajaran apa?”.
Tamara : Hmm, kalau aku paling suka dengan pelajaran bahasa Indonesia, yah pelajaran sastra”.
Zhaky : “Kenapa kamu suka pelajaran itu?
Tamara : “Seperti kamu tadi, aku suka aja dengan pelajaran itu, hhaha (membalas tawa). Aku sudah buat beberapa cerpen, mau baca?” (menyodorkan beberapa cerpen karyaku)
Zhaky : “Ini buatan kamu?, aku gak percaya” (menatap Tamara)
Tamara : “Iyalah, ini buatan aku. Kamu baca yah dan berikan saran, ok?” (melirik Zhaky)
Zhaky : “Ok…” (tersenyum).

Adegan 4
“Tttttttteeettt….”, Bunyi bel menandakan kami akan melanjutkan ke pelajaran berikutnya. Tapi, guru yang mengajar tidak datang. Jadi
Zhaky dan Tamara bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal-hal yang dapat mengocok perut.

Waktunya pulang.
Zhaky bersama Tamara dan teman yang lain berjalan menuju pintu gerbang, menertawai hal yang tak patut ditertawai. Di perjalanan pulang Tamara berteriak, Tamara : “Auuuuhh sakit, Zhaky bantu aku berdiri!” (meneteskan air matanya. Kaki Tamara tersandung batu, dan kelihatannya kaki Tamara Terkilir)
Zhaky : “Kamu kenapa? Kaki mu sakit? . Sudah jangan nangis, kamu pasti sembuh” (mengkhawatirkan Tamara).
Tamara : “Iya Zhaky, tapi kaki aku sakit banget. Bantu aku berdiri donk!”(muka memelas)
“Auuuuhh…. Sakit!!”
(keluhnya lagi).
Zhaky : “Sini biar aku gendong deh, gak apakan?” (menatap kasian kearah Tamara).
Tamara : Tapi, aku berat loh?,” (tersenyum)
Zhaky : “sakit-sakit gini sempat aja ngelawak, sini naik cepat”
Tamara : “hehehe (tertawa kecil) …. Aku beratkan?” (menaiki punggung Zhaky)
Zhaky : Ini sih ringan banget hheh..” (Terseyum).

Sesampai di depan rumah Tamara, Ibunya yang sedang membaca koran kaget saat melihat kedatangan
Zhaky yang menggendong Tamara.
Ibu Tamara : “Tamara, kamu gak apa-apakan nak?” (membantu Tamara untuk duduk di sofa)
Tamara : “Gak apa-apa kok Bu”
Zhaky : “Kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang tante” (Zhaky menatap Ibu Tamara menjelaskan).
Ibu Tamara : “Terima kasih yah nak ….” (mengulur tangan)
Zhaky : “ Zhaky, tante!” (Bermaksud memperkenalkan diri sembari membalas uluran tangan Ibu Tamara).
Ibu Tamara : “Iya terima kasih yah nak Zhaky” (tersenyum)
Zhaky : Oke. Tamara, tante, Zhaky pulang dulu yah?” (pamit)
Ibu Tamara : “Iyaa nak Zhaky, kapan-kapan main ke rumah yah?”
Zhaky : “Baik tante, mari ,,, (meninggalkan rumah Tamara).

Sesampai dirumah Zhaky langsung melepas pakaian dan makan siang. Sesudah itu ia langsung tidur karena lelah.
Adegan 5
Keesokan paginya
, Zhaky menunggu Tamara di depan rumahnya. Saat melihat Tamara keluar rumah, Tamara sudah bisa berjalan dengan baik. Zhaky kaget dan bengong melihatnya.
Tamara : “Woii kamu kenapa bengong kayak gitu?” (Mencubit pipi Zhaky)
Zhaky : “Akh gak apa kok!, eh kok cepat amat sembuhnya?” (menatap heran wajah Tamara)
Tamara : “Iyaa nih, semalam aku dibawa ke tukang urut, rasanya sakit amat waktu di urut”
Zhaky : “Baguslah, daripada berjalan dengan pincang” (tersenyum puas).

Sampai di sekolah teman-teman ku berkumpul membicarakan sesuatu, aku dan Tamara bergegas ke sana dan mendengar apa yang di ceritakan teman-temanku itu.
Naila : “Teman-teman, besokkan kita libur bagaimana kalau kita liburan?” (dengan suara lantang).
Zhaky : “Kita mau ke mana ? Ke rumah kamu? Hhhaha (Semua siswa tertawa)
Naila : “Huu Zhaky (Naila cemberut)
Denny :
Sudah, sudah. Kita akan pergi liburan, baiknya kita ke mana?” (menatap seluruh teman-temannya)
Tamara : “Bagaimana kalau kita pergi ke tempat rekreasi terkenal di kota ini!” (mengacungkan tangannya)
Zhaky : “Baiklah kita akan ke pantai Bira!” (penuh semangat dengan senyum lebar ala Zhaky).
Semua teman-teman Zhaky setuju.

Tak sabar menunggu saat itu,
Zhaky menceritakan sedikit tentang pantai Bira kepada Tamara. Tidak lama kemudian, bel kembali berbunyi dan semua siswa berlari ke kelas. Tak lama kemudian, guru yang mengajar pun datang.

Zhaky merasa agak tidak enak badan. Tamara iseng mencubit pipinya dan Tamara kaget.
Tamara : “Zhaky kamu gak apa-apa, kan?” (dengan wajah khawatir).
Zhaky : “Aku gak apa-apa kok” (menjawab pelan, sambil menggeleng-geleng kepala)
Tamara : “Kamu sakit dan aku harus antar kamu pulang ( berjalan ke depan kelas), Pak, Zhaky sakit” (berbicara kea rah Pak Guru yang sedang mengajar)
Pak Guru : “Baiklah bawa dia pulang, kamu mau mengantarnya?” (tegas)
Tamara : “Iya pak aku bisa kok” (mengangguk-anggukkan kepala)

Berhubung sudah hampir pulang Tamara memasukkan barang-barang
Zhaky ke dalam tas
lalu dia juga membereskan barang-barangnya.
Tamara : “Ayo aku antar kamu pulang” (memegang tangan Zhaky membantunya berdiri)

Tamara meminta izin mengantar
Zhaky pulang. Sambil memegang jemari-jemari Zhaky dan sesekali memegang keningnya. Tamara selalu bertanya tentang keadaan Zhaky. Tapi, Zhaky hanya bisa menjawabnya dengan kalimat
Zhaky :
Tenang saja. Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir” (menatap meyakinkan Tamara).

Sesampai di rumah
Zhaky langsung di bawa Tamara ke kamar Zhaky sembari ibu Zhaky mengomel-ngomeli Zhaky.
Ibu Zhaky : “Ini sebabnya kalau makan gak teratur” (wajah tegas)
Tamara : “Sudah tante, Zhaky ‘kan lagi sakit” (berbicara pelan, dengan muka kasian).
Ibu Zhaky : “Biarlah nak, biar dia tahu rasa”
Tamara : “Kalau begitu aku pulang dulu tante” (mohon pamit)
Ibu Zhaky : “Nak, nama kamu siapa?” (penasaran)
Tamara : “Nama aku Tamara, tante” (jawabnya dengan ramah, sembari tersenyum tipis)
“Terima kasih yah nak Tamara, udah bawa pulang anak tante ini”.
“Iya, sama-sama tante”, katanya.
Zhaky melihat senyuman indah dari Tamara saat akan keluar dari kamarnya.

Adegan 6
Keesokan paginya
, di rumah Zhaky.
R
asanya badan Zhaky udah sehat. Ia bergegas menyiapkan barang yang akan di bawa, kemudian, mandi dan berpakaian rapi menuju rumah Tamara. Tapi, Tamara sudah berangkat duluan. Zhaky langsung ke sekolah. Sampai di sekolah ia melihat Tamara dan langsung menghampirinya.
Tamara : “Zhaky, kamu udah sembuh?” (menatap Zhaky)
Zhaky : “Iya.. aku udah sembuh kok” (tersenyum lebar)
Tamara : “Betul kamu udah sembuh ? (sambil meraih tangannya dan meletakkannya di kening Zhaky)

Tak berapa lama kemudian, bus yang akan mengantar
mereka ke pantai Bira pun datang. Zhaky duduk di belakang bersama anak lelaki lainnya. Tamara berada di depan bersama teman wanitanya. Di perjalanan rasa gelisah melanda Zhaky semakin tak menentu. Serasa memiliki pirasat buruk dan naas tak berselang beberapa lama mobil yang mereka tumpangi kecelakaan.

Brukkkkkk….Brukkk…….

Semua : Ahhhhh …ahhhh, tolong !

Zhaky sadar, kemudian merasa kepalanya sakit, saat memegang kepalanya mengeluarkan darah yang banyak. Tapi, yang ada di pikirannya sekarang adalah Tamara. Ia langsung berteriak dengan nada yang lemah…
Zhaky : “Tamara.. kamu gak apa-apa, kan?” (Berteriak, memandang wajah Tamara yang tak bergerak, tak ada suara)
Ia
duduk disamping Tamara, dan  melihat kepala Tamara mengeluarkan banyak darah. Rasa sakit yang Zhaky rasa membuatnya pingsan.

Adegan 7
Di Rumah Sakit …
Ibu Zhaky : “Zhaky, Zhaky, bangun nak, ibu di sini” (sambil menangis memandang anaknya terbaring lemah)

Tak selang berapa jam…
Zhaky : “Dimana Tamara Bu? Tamara baik-baik sajakan Bu?” (Zhaky sadar kemudian berteriak)

Ibu hanya terdiam sambil menatap ayah.
Zhaky : “Ibu apa yang terjadi?” (menatap kosong sekelilingnya dan mulai mengeluarkan air mata)
Ibu Zhaky : “Maaf nak, kini Tamara sudah berada di tempat lain” (nada pelan kemudian melangkah memeluk Zhaky)
Zhaky : “Jadi maksud ibu?” (tak percaya, dengan nafa terengah-engah)
Ibu Zhaky : “Iya Nak, Tamara telah meninggal akibat kecelakaan itu,” (memeluk Zhaky erat, ikut menangis)

Ia
terduduk di ranjang dan dipeluk ibu sambil menangis dengan keras
Zhaky :
“ kenapa dia terlalu cepat meninggalkan aku Bu?”

Tak ada jawab….
Zhaky :
(terdiam dan mengingat saat aku sakit, dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi senyuman terakhir darinya).
(SELESAI).

AKU dan MUSIK SMANSA

   “M

USIK ?, hmm boleh juga,” kata itu tersirat di dalam benakku.  Bisa melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Makale merupakan kebanggaan tersendiri untukku. Aku menumpuk sejumlah harapan dan impian di sekolah ini. Salah satunya bisa berkompeten di bidang akademik maupun non akademik dari bakat yang kumiliki.
                        Soal vocal, ya bolehlah. Tapi ngomongin soal musik, hmm pikir-pikir dulu deh. Aduh, saya tidak pandai di bidang ini. Tidak sampai aku mengubah pendapatku setelah melangkah masuk ke SMANSA.
                        Belajar vokal, tak semudah yang aku bayangkan sebelumnya. Ternyata perlu mempelajari dasar yaitu membaca notasi/not. Setiap keinginan harus ada tekad, good idea!. Ada hasrat untuk ingin pandai bahkan bisa ikut paduan suara SMANSA untuk mengikuti lomba 17-an merupakan tantangan tersendiri bagiku.

Bisa Ikut VG juga bersama mereka ….

                        Pembelajaran yang tak kalah menarik ialah karya cipta lagu SMANSA (LKCL)  merupakan suatu kegiatan tahunan yang diperuntukkan bagi siswa/i  kelas X. Awalnya ku fikir mudah, “hmm hanya membuat lagu apa susahnya?” aku bergumam. Ternyata sangat sulit!. Merangkai kata menjadi syair, kemudian membuat melodi, akord, notasi, hingga partitur benar-benar membuat kepala pusing.  Untunglah dengan usaha yang cukup keras, tercipta sebuah lagu “MERAIH IMPIAN”.


                  





     
Pianika, Recorder, Biola, atau Gitar. Saat disuruh memilih alat, aku memilih alat yang satu ini “GITAR”. Alasan satu-satunya ya karena hanya alat ini yang kumiliki di rumah haha. Namun belajar alat ini tidaklah mudah, apalagi setelah harus berhubungan dengan akord. TIDAK !!!. salah menindis suara jadi beda, hmm  tapi lumayan. Bermodalkan tekad, akhirnya bisa juga kutakhlukkan alat yang satu ini., namun ya tidak sepandai Sungha Jung, idolaku .

                    Tak puas bermain gitar, aku beralih mengenal biola, kemudian mencoba jimbe, dan keyboard. Huh, saya menyerah! Terlalu kaku rasanya jari-jari ini memainkan alat yang tak biasa disentuhnya hhahaha. Tapi, dengan alat yang satu ini, aku bermimpi suatu saat bisa bermain bersamanya, “BIOLA” ..
                       


         Pengembangan diri di SMANSA tak kalah pentingnya. Awalnya cuma iseng ikut pengembangan diri ANGKLUNG, Hahaha ,  tak ada pengalaman untuk menyentuh alat musik tradisional asal Jawa Barat ini. Cara memegang bahkan cara membunyikannya pun sungguh amat asing untuk saya sebagai pemula. Tapi ternyata ada daya tarik untuk saya mencobanya.

                        Menjadi bagian dari mereka pun benar-benar sungguh mengasyikkan. Angklung mengajarkan kekompakan, dan kebersamaan. Tidak ada sifat egois, dan individualisme untuk bisa memainkan alat ini.  So, Angklung sudah menjadi pembelajaran penting untukku dan untukmu yang senang dengan musik.
                        Penghargaan yang kami dapat baik dari sekolah hingga kabupaten (Bupati Toraja), tak lepas dari kekompakan kami para pemain angklung  dan  dukungan dari Pak Daniel selaku Pembina Musik di SMANSA.




ASSASINS” aiihihihii….. Huahaha. Tibalah waktunya. Hari itu Jumat, 3 Mei 2013, XI IPA 6 atau ASSASINS (Association Natural of Six) mengadakan Pensi kelas.  Pensi ini memang udah jadi acara tahunan, baik itu pensi kelas hingga pensi sekolah. Tak mudah mempersiapkan segala sesuatunya. Bahkan waktu diberikan untuk latihan Pensi, kadang kami buang percuma. Yahh begitulah kami. Tapi ternyata masih ada juga rasa kesetiakawanan di antara kami. Itulah tujuan PENSI. Menjalin kekompakan, mempererat kebersamaan, dan berbagi perasaan yang memang seharusnya dirasakan bersama. “Yaiyalah, ASSASINS gitu loh” ungkap sebagian dari mereka.

                        Pensi berjalan lancar. Di luar dugaan kami, Pak Daniel Kendek dan Ibu Syani B. Rantesalu selaku Guru Musik kami puas dengan penampilan kami bahkan 5 penampilan yang diloloskan ke acara pensi sekolah. Wuihh,, senang rasanya!!! . Benar-benar surprise buat kami, ketika mendengar komentar dari kedua Guru Musik kami. Padahal sebelumnya kami meragukan penampilan Pensi kali ini, apalagi mengingat latihan kami yang dipenuhi kenakalan dari kami sendiri yang membuat latihan selalu ricuh dan tak sedikit yang pulang karena merasa jenuh dengan latihan yang tak pernah jadi-jadi.
                        Namun, ternyata tak ada yang perlu disesalkan. PENSI sukses bukan karena satu atau dua orang, tapi karena kekompokan kami semua. Kenakalan, kejahilan, keegoisan sebenarnya hal yang wajar dikalangan remaja, dan itu yang akan membuat kami lebh dewasa. Jiahhaha J
                       
SMANSA memberiku tempat mengenal mereka, baik teman-temanku dan guru-guru kami. MUSIK memberiku kesempatan untuk berkarya dan menggapai harapan yang awalnya ku anggap hanya sebagai penghias tidur (mimpi doang). Hahaha
                        Membentuk grup dengan nama KISALDI (Kilat asal jadi) kemudian berubah nama menjadi SIKAMALI’ dengan anggota-anggotanya ialah Olivia (saya sendiri), Fortuna (XI IPA 7), Kevin (XI IPA 3), Ade (X8), Niels (X3), Elia Eko (XI IPA 1), Julia Alvisa (X5), dan Elsanto (X2). Merupakan kebanggaan tersendiri dengan keikutsertaan grup ini dalam lomba Akustik yang diadakan oleh SMAN 1 Rantepao. Waow, bisa tampil beken diatas panggung layaknya sebuah grup yang lagi naik daun hhaha. Bolehlah, walaupun pada akhirnya tidak mendapat juara, namun itu tak menyurutkan langkah kami untuk tetap melangkah bersama musik. Begitu pun dengan diriku.

                        Satu lagi, hmm dan merupakan impian terbesar aku masuk SMANSA. Ini dia….

                        GBN (Gita Bahana Nusantara), setelah penantian selama 1 tahun, 2013 adalah waktunya. Aku pernah gagal di kabupaten pada tahun 2012, namun itu yang membuatku mengerti arti perjuangan. “Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda” ungkapku. Dan tahun ini, aku kembali melangkah bersama impianku terbang ke Jakarta, dan  bersama paduan suara dan orchestra GBN 2013. Tahap demi tahap perlahan aku lewati, mulai dari seleksi sekolah, kabupaten, hingga provinsi ternyata membuahkan hasil gemilang. Puji Tuhan bisa lolos, huff.. Entah perasaan apa yang kurasa saat namaku disebut sebagai perwakilan suara sopran dari Sulawesi Selatan. Pengen nangis, ketawa, bahkan berteriak namun terhenti melihat senyuman dari teman-teman, kakak-kakak kelas, dan Pak Daniel yang dengan setia mendukung seakan membuatku ikut tersenyum puas.
                        Dan akhirnya,tak ada kata, selain bersyukur kepada Tuhan YME, juga keluarga, Guru Musik kami (Pak Daniel Kendek, dan Ibu Syani), dan teman-teman yang selama ini memberi dukungan, yang tak lepas dari itu juga merupakan doa untukku.
                       
Aku bangga, aku senang berada di sini. Aku dan MUSIK SMANSA, membagi cerita di duniaku…….
                        Majulah, Jayalah, SMANSA !!!! ….. Yehhhhh